You need to enable javaScript to run this app.

Para Pejuang Ujungan Bekasi

  • Rabu, 18 Agustus 2021
  • Bidang Humas
  • TIM ICT smantas
  • 0 komentar
Para Pejuang Ujungan Bekasi

Budaya merupakan warisan yang diturunkan oleh para nenek moyang kita. Warisan yang wujudnya bukanlah sebuah benda, melainkan sebuah seni untuk kita pelajari. Di era globalisasi ini budaya merupakan sebuah permata langka, tak semua orang tahu betapa kaya nya budaya kita miliki. Karena budaya asli negeri kita sendiri telah kalah oleh budaya negeri para petinggi.

Budaya asli mulai tersingkir. Perlahan mundur, kemudian memudar dan pada akhirnya punah dimakan oleh waktu. Mengapa bisa punah? Karena tidak ada yang mempelajari nya. Tidak ada buku yang mencatat bagaimana sebuah budaya dapat berjalan di masyarakat. Bagaimana bisa tidak ada yang mencatat? Karena budaya muncul karena kebiasaan masyarakat suatu daerah tertentu. Ketika itu sudah menjadi kebiasaan, maka akan dilakukan secara berulang-ulang. Dan biasanya budaya diingat karena pertunjukan nya serta omongan dari mulut ke mulut.

Di tengah krisisnya pengetahuan tentang budaya lokal, ada sekelompok pahlawan yang terus memperjuangkan budaya tanah kelahiran mereka. Mereka memang bukan pahlawan yang berperang dengan para penjajah, namun mereka berjuang demi sebuah budaya yang hampir hilang dimakan waktu. Bermarkas di sebuah desa kecil di tengah hiruk pikuk Kabupaten Bekasi. Mereka mendirikan sebuah sanggar bernama "Sanggar Sumberjaya".

Bang Opa, Bang Mansur, Bang Zaki, Bang Burhan, Mandor Kobra dan Bang Nasan, mereka berenam adalah para pendiri Sanggar Sumberjaya. Bermula dari tahun 2017, mereka merasakan keresahan tentang para generasi muda yang lupa akan budaya asli tanah kelahirannya. Lalu mereka berkumpul dan membuat sebuah sanggar untuk anak-anak remaja dan masyarakat umum yang ingin belajar tentang kebudayaan asli Bekasi. Dan dari sini lah perjalanan mereka dimulai.

Mereka mulai mengumpulkan para remaja atau anak-anak yang suka kumpul sana-sini untuk belajar kebudayaan di Sanggar Sumberjaya. Dengan latar belakang anak-anak dan para remaja yang berbeda-beda, mereka mulai mengajarkan kebudayaan Betawi. Dimulai dari pencak silat, tari khas Betawi dan semacamnya. Tak hanya kebudayaan nya saja yang mereka ajarkan, namun adab dan juga cara berpakaian tak luput diterapkan. Dari mulai wajib mengucapkan salam saat datang ke sanggar, doa-doa harian, dan juga memperkenalkan pakaian khas orang Bekasi yaitu baju pangsi.

 

Terlihat sama seperti sanggar pada umumnya, namun ada satu yang menjadikan Sanggar Sumberjaya istimewa. Yaitu ada satu kebudayaan asli Bekasi yang hampir punah, namun mereka masih berusaha untuk memperkenalkan dan juga mengajarkan kepada anak-anak, para remaja dan juga masyarakat umum tentang kebudayaan ini. Budaya yang hampir hilang itu ialah Ujungan Bekasi.

Ujungan Bekasi adalah sebuah budaya lokal daerah Bekasi yang ditampilkan saat pesta musim panen. Seni Ujungan ini memerlukan 3 orang untuk ditampilkan, satu untuk wasit dan dua lagi untuk yang bertarung menggunakan tongkat. Gerakan Ujungan mirip dengan silat, namun yang menjadi perbedaan yaitu di ucul nya atau gerakan tari nya. Dan juga untuk menampilkan Unjungan ini tidak sembarangan pukul, hanya boleh memukul bagian kaki dari betis hingga mata kaki saja.

Sayangnya seni Ujungan tidak terlalu familiar di masyarakat Bekasi. Satu-satunya sanggar seni yang mengajarkan Ujungan hanya ada di Sanggar Sumberjaya. Berkat kegigihan Bang Opa, Bang Mansur, Bang Zaki, Bang Burhan, Mandor Kobra dan Bang Nasan, Sanggar Sumberjaya dapat meraih beberapa penghargaan. Di antaranya yaitu Sanggar Sumberjaya tercatat di Gedung Juang 45 Tambun Selatan sebagai satu-satunya sanggar yang melestarikan Ujungan Bekasi. Lalu Sanggar Sumberjaya juga memenangkan piala bergilir bupati karena membawa seni Ujungan ini.

Bang Opa, Bang Zaki, Bang Burhan, Bang Mansur, Mandor Kobra dan juga Bang Nasan bukanlah orang biasa. Mereka semua memiliki kesibukan masing-masing yang lumayan padat, tetapi di sela-sela kesibukan mereka masih bisa untuk melestarikan budaya asli Bekasi. Budaya yang hampir punah, perlahan mereka lestarikan dan mereka perkenalkan kepada masyarakat. Karena "Keberhasilan para pejuang seni budaya itu bukan lah prestasi yang didapat, melainkan ketika kita memperkenalkan budaya kepada orang lain dan budaya itu dicintai oleh orang tersebut." ujar Bang Mansur saat wawancara pada tanggal 11 Agustus 2021.

Dari mereka kita belajar, bahwa budaya adalah identitas kita sebagai warga asli daerah tersebut. Jika budaya kita perlahan hilang, maka ikut hilang pula identitas kita. Jangan malu untuk melestarikan budaya, karena budaya bukanlah suatu hal yang kolot. Budaya adalah tanda bahwa kita merupakan warga di daerah tersebut.

Kami bangga menjadi warga Bekasi!!

Budaya Bekasi adalah identitas kami dan kami bangga untuk menggunakannya.

Penulis : Maghfira Izzani - XI MIPA 6

 

Bagikan artikel ini:
H. Sayoga, S.Pd, M.M

- Kepala Sekolah -

Assalaamualaikum Wr Wb.Puji Syukur Kami semua panjatkan Kehadirat Allah SWT atas Nikmat serta Karunia-NYA, sampai dengan saat ini kita...

Berlangganan
Banner